Hari-hariku di LP Tanjung Gusta


     
    Selasa, 6 September 1994
    ------------------------

            Ketika aku sedang mengikuti kebaktian, kami para tahanan unjuk
    rasa diminta keluar karena ada tamu rombongan DR. Adnan Buyung Nasution,
    SH, sesuai dengan pemberitahuan sebelumnya.  Jumlah rombongan ada sekitar
    20 orang, di antaranya Machyudanil, SH, Alamsyah, SH, Siburian, SH, Alden
    Tua Siringoringo, SH, dan beberapa wartawan.
            Pertemuan diadakan di aula LP.  Banyak juga pegarai LP mengikuti
    pertemuan itu, mereka ingin mengenal Adnan Buyung dari dekat.  Bang
    buyung mengatakan agar kami jangan ada yang menyesal.  Sebab apa yang kami
    perjuangkan adalah nasib rakyat.  Dan ditambahkannya, buruh seharusnya
    mendapat bintang pembangunan, kerna selama 25 tahun buruh telah memberi
    sumbangan terbesar.  Semua kami yang 11 orang merasa dikuatkan atas
    kedatangan rombongan.
            Ketika aku menuju kamar pulang dari pertemuan, aku lihat kotoran
    kotoran manusia (taik) bertaburan di depan kamarku.  Baunya menyengat,
    membuat perutku mual.  Aku dapat penjelasan dari PP (Pembantu Pegawai),
    septic tank sudah bobol.  Karena itu kotoran dari blok sebelah blok E,
    terpaksa keluar dari jalurnya.  keadaan itu terjadi sehari-hari, aku
    rupanya tidak memperhatikannya selama ini.
            Seusai apel siang, aku diperkenalkan Jannes dengan Tengku Rahman,
    tokoh GPK Aceh.  Ia tidak mau disebut GPK Aceh.  "gerakan kami adalah
    GAM atau Gerakan Aceh Merdeka" tukasnya.  Selanjutnya dijelaskannya
    bahwa GAM adalah kekecewaan melihat pelaksanaan pembangunan di Aceh.
    Dari segi manapun, terutama agama, sosial budaya dan ekonomi, tidak ada
    ciri khas yang memperlihatkan Aceh sebagai daerah isitimewa.  jadi
    dasar tuntutan kami adalah keadilan sosial yang bersumber dari Pasal
    18 UUD 1945.  Namun dalam perjalanan perjuangan, ada yang melebar,
    tuntutan ingin menjadi Republik Islam Aceh.  Namun itu jumlahnya tidak
    banyak.  yang kami sayangkan, tuntutan kami tidak pernah didengar, kami
    yang didorong menjadi istilah GPK, dan banyak rakyat yang dibunuh.
            Kepada Tengku yang dihukum 8 tahun ini aku katakan "selama ini
    aku terpengaruh istilah GPK, dan aku dulu termasuk orang yang membilang
    untung ada ABRI menjaga Aceh".  Kemudian kusambung dengan pernyataan
    "berarti perjuangan kita sama".

     

          [Prev: September 5]     [Next: September 7]    [Main Page]
       
                         (sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
                         (Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)