Hari-hariku di LP Tanjung Gusta


     
       Jumat, 28 Oktober 1994.
       -----------------------
            Selesai sport pagi, Ramli dan Zulkifli datang menyalami aku
       karena mereka bebas pagi ini.  Aku tulis surat ke Direktur PT.
       Growth Asia aku ucapkan terima kasih, karena selama mereka di
       penjara, enam bulan tidak di PHK.  Mudah-mudahan semakin banyak
       pengusaha seperti fajar ini.
            Kami semua tahanan dan napi unjuk rasa ditambah teman-teman
       yang lain, minum dan makan ringan di kantin sambil menunggu
       isteriku. Jam 11.00 mereka tidak lagi sabar menunggu, hatinya
       sudah ingin segera ada di rumah, mereka pun pergi kami saling
       pelukan.
            Tidak berapa lama setelah Ramli dan Zulkifli pergi, isteri
       dan anak-anakku datang.  Setiap aku melihat mereka hatiku bersor-
       ak-sorai. Selagi kami  bercanda di meja jaga, datang Kol. Pol
       (Purn) Sinulingga yang sekarang jadi penginjil.  Ia berkata ada
       dua ayat penting yang mendasari perjuangan Pak Muchtar, Imamat
       19:13 janganlah engkau memeras  .... dan janganlah kau tahan upah
       pekerja seharian sampai besok harinya.  Ulangan 24:14-15 pada hari
       itu juga haruslah engkau membayar upahnya sebelum matahari terbe-
     nam, ia mengharapkannya, karena ia orang miskin, supaya ia
     jangan berseru kepada Tuhan mengenai engkau dan hal itu menjadi
     dosa bagimu.  Dan hal inipun kumasukkan dalam Nota Pembelaanku.
           Hari itu juga aku terima Surat dari Feye Duim, temanku dari
     Belanda.  Ia mengatakan aku selalu dibawa dalam doa keluarga dan
     kantor.  Kuterima juga surat dari Gerred Ketreuter dan R.W Chr.
     Peterson keduanya dari Jerman mengatakan mereka tetap mengkam-
     payekan perjuangan SBSI ke Eropa.  Mereka juga menitipkan bantuan
     dana sebesar Rp. 560.000,-. Tentu setiap aku mendapat surat
     seperti ini, semangat berjuang semakin berkobar.
           Hingga jam bezuk habis, jam 17.00 aku tetap bersama isteri
     dan anak-anakku.  Keadaan seperti ini adalah keadaan paling baha-
     gia rasanya.  Tidak terasa, sebentar lagi aku masuk sel dan dikur-
     ung.
           Malamnya aku membaca mass media, ada tiga yang menarik,
     berita Kompas, "dari 40.510 perushaan  yang memiliki pekerja
     lebih dari 25, hingga 10.648 yang ada SPSInya.  Kedua, berita
     waspada, "Radius Prawiro" kesenjangan ekonomi yang sekarang
     timbul dari ketentuan yang ada belum dapat dilakukan dengan adil,
     ditunjang korupsi.  Sementara fungsi pengawasan DPR lemah.  Perlu
     ada perubahan struktur".  Ketiga, Opini yang ditimbulkan majalah
     Forum Keadilan, No. 15 Tahun III, November 1994, seolah-olah aku
     pura-pura sakit karena masa penahananku akan habis 19 November
     1994.  Padahal aku benar-benar sakit, dan berdasarkan penetapan
     Ketua Pengadilan Negeri, penahanan habis 10 Desember 1994".  Aku
     tidak mengerti mengapa Forum Keadilan bisa gegabah.
           Malamnya hingga jam 12.00 dinihari aku bekerja menyusun Nota
     Pembelaanku.
     
     
          [Prev: Oktober 27]     [Next: Oktober 29]    [Main Page]
       
                    (sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
                    (Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)