Hari-hariku di LP Tanjung Gusta


     
     Selasa, 18 Oktober 1994.
     ------------------------
          Pagi selesai kebaktian, aku membaca berkas keterangan saksi
     Roslince Nainggolan dan Roince Sagala.  Dan kuulangi membaca
     berkas.  Aku makin yakin, tidak ada unsur pidananya tindakanku.
         Sore harinya ibu mertuaku dan Lee Monang Silalahi datang
     bezuk.  Dari mertuaku kuketahui ada mahasiswa yang ditangkap
     ketika sidang berlangsung, tetapi tidak diketahui apa penyebabnya
     dan siapa yang ditangkap.  Mass mediapun tidak ada yang memberita-
     hukannya.  Kemudian disusul Saut Pangaribuan dari LBH SBSI, Syafei
     dan br Silaban dari LBH Medan.  Saut membawa khabar DPP dan
     perkembangan nasional. Ia beritahu Elyasa Budiarto ditangkap
     Kodim, dan kepalanya di listrik. Aku hanya bisa ucapkan prihatin
     dan kirim salam perjuangan "merdeka".
         Hari itu ada yang menarik diharian Mimbar Umum ucapan Gus
     Dur (Ketua PBNU) ia mengatakan "buruh berhak mogok yang memperj-
     uangkan hak-haknya, dan minta para kyai memberi perhatian
     kepada buruh".  Tentu ungkapannya itu penolong bagiku yang dituduh
     menghasut karena menyatakan hak buruh mogok.
     
          [Prev: Oktober 17]     [Next: Oktober 19]    [Main Page]
       
                    (sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
                    (Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)