Hari-hariku di LP Tanjung Gusta


     
    Selasa 27 September 1994.
      -------------------------
            Paginya aku ikut kebaktian sarapan pagi.  Di gereja aku di
      salamin teman-teman    Napi dan tahanan. Mereka memberi tahu se-
      tiap kebaktian aku dibawa dalam doa, dan ada yang mendatangkan
      setiap malam ditempatnya.
            Selesai kebaktian aku di panggil keregister isteri dan,
      mertuaku datang. Istriku memberi tahukan keadaan anak-anak,
      mereka sehat-sehat.  Akn senang mendengar komentar anak-anakku.
      Yang jelas anak-anakku memberi dorongan agar aku berjuang terus
      menegakkan keadilan dan membela orang miskin.  Tapi bila kuingat
      kejamnya Ibukota, anak ku Binsar dan Darta sudah remaja, terlin-
      tas juga kekhawatiran.  Kalau sudah yang kekhawatiran ini yang
      terlintas , hanya penyerahan kepada Tuhanlah satu-satunya jalan
      keluar.  Apalagi Binsar kupersembahkan agar dipakai Tuhan menjadi
      hambaNya.
          Sekitar jam 12 00, kakakku perempuan nomor dua Mamak Jetty
     datang dari Prapat, tetapi tidak diberi masuk bertemu.  Lalu aku
     tanyakan Turnip mengapa dibatasi bertemu, kakakkupun tidak bisa
     bertemu? karena desakanku ia beritahukan atas permintaan Kejari
     Medan.  Karena tetapku desak, diperlihatkanlah surat No. B -
     902/0.2.9/Epk.I/9/1994, tertanggal 20 September 1994, ditandatan-
     gani Kejari Budiarja Siradj, SH. Mestinya dilarang bertemu,
     karena ada dugaan tim penasehat memperlambat persidangan. Jadi
     kalau bertemu harus ada izin dari Kejari.

     

          [Prev: September 26]     [Next: September 28]    [Main Page]
       
                         (sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
                         (Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)