Hari-hariku di LP Tanjung Gusta


     
     Sabtu,  17 September 1994.
      --------------------------
           Luthfie Hakim direktur LBH SBSI datang dari jakarta menggan-
      tikan Elyasa Budianto.  Ia membawa surat-surat dari rekanku, Siti
      Musdalifah, Tohap Simanungkalit, Santoso, Pontas Simamora, Arifan
      Safei dari Yogyakarta, Munjirin Majid dari Bandar Lampung, Otong
      Maulana dan Saut Pangaribuan.  Surat-surat mereka memberi dorongan
      moral, agar aku tetap tabah dan tegar.  Walaupun aku dipenjara,
      mereka tetap bekerja melanjutkan perjuangan.  Gelora perjuangan
      tetap menggema dikalangan buruh.  Mereka tetap lakukan aksi protes
      agar aku segera dibebaskan.  Namun ada juga yang membuat hatiku
      gundah gulana.  Aku mendapat informasi ada perbedaan yang tajam
      dan mengarang perpecahan dikalangan DPP SBSI, terutama menguasai
      upaya-upaya yang atau ditempuh.  Ada yang berpendapat aksi protes
      jalan terus, ada yang berpendapat dihentikan sementara.  Aku
      teringat, gerakan kemerdekaan juga demikian.  Setiap Soekarno
      ditangkap dan ditahan, terjadi perpecahan.  Aku khawatir akan
      seperti itu, apalagi pasti ada upaya-upaya dari penguasa melaku-
      kan penyusupan.
           Aku banyak merenung tentang keadaan itu.  Tetapi aku tidak
      memberi keputusan apa-apa aku serahkan sepenuhnya kebijakan
      diputuskan oleh DPP.  Biar benar-benar terbukti, SBSI bukan Much-
      tar Pakpahan, SBSI adalah milik dan tanggung jawab bersama.  Aku
      yakin Abdul Razak Pjs.  Ketua Umum akan dapat menjalankan roda
      organisasi.
           Paginya ketika aku mau ikut kebaktian, turnip (Kabid Pembi-
      naan) L.P memberitahukan, aku akan dibawa oleh kesehatan ke
      Kejaksaan Tinggi.  Akupun senang mendengarnya karena aku ingin
      melihat dunia luar, lalu aku mempersiapkan diri berpakaian agak
      rapi.
           Aku sedang berkemas, aku didatangi seseorang pegawai L.P ia
      memberi tahu di depan L.P petugas dari kejaksaan, polisi dan
      militer sudah banyak diperkirakan ada 100 orang, ada dua mobil
      patroli, 6 sepeda motor patroli (cheef) ada 5 mobil sedan dan
      puluhan sepeda motor.  Katanya untuk mengawal aku chek kesehatan
      ke dokter.
           Aku tidak jadi memakai pakaianku.  Aku datang keruang penja-
      gaan di depan, dan memang aku lihat banyaknya petugas.  Kalau aku
      dibawa dengan Cara ini, aku akan menjadi jatuh sakit, dulu aku
      datangi Turnip dan kuberitahu, "aku tidak mau dibawa berobat atau
      chek dengan cara itu!  Turnip (mengerti alasanku, lalu ia pergi
      menemui Kalapas kudapat jawaban, dokter rutan akan didatangkan.
      Lalu tidak berapa lama, keamanan yang di depan itu menghilang.
           Tetapi ada juga yang bilang, kedatangan petugas itu adalah
      gladi resik pengawalanku ke persidangan.  Kira kira jam 11 dokter
      LP dr. Sinar Sitepa datang, dan akupun dipanggil untuk diperiksa.
      Aku ditahan "Aku Sesat", tapi kuberitahu, aku ada penyakit verti-
      go.
     
          [Prev: September 16]     [Next: September 18]    [Main Page]
       
                         (sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
                         (Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)