Hari-hariku di LP Tanjung Gusta


     
     Kamis, 1 September 1994
     -----------------------

            Inilah hari terakhirku menghuni RTP Poltabes yang bagaikan rumah
    setan itu.  Setelah aku terbangun dari tidurku, aku yakin benar, hari
    itu aku akan dibawa keluar dari RTP.  hal itupun sudah kuberitahukan
    kepda teman-temanku sesama tahanan.  Hatiku menerima bisikan roh Tuhan
    bahwa aku akan dibawa ke LP (Lembaga Pemasyarakatan) Tanjung Gusta.
            Biasanya tahanan dibawa paling lambat jam 11.00.  Jam 10.00
    hari itu, Ahok dari blok A sudah dibawa.  Hingga jam 12.00 aku belum
    dibawa, aku sudah mulai ragu bisikan roh Tuhan itu.  Sehabis makan siang
    jam 12.30, aku tidak berfikis untuk dibawa lagi, tapi mempersiapkan diri
    menerima perpanjangan tahanan.
            Jam 15.00 aku berlutut berdoa kepada Tuhan, aku katakan "kalaupun
    akku masih ditahan di sini mampukah aku menerima keadaan ini, dan biar
    lah semuanya demi kemuliaan namaMu.  Ketika aku masih sedang berdoa, Purba
    petugaskepolisian membuka selku dan mengatakan bersiap-siap akan dibawa
    ke kejaksanaan.  Purba ikut mengemasi barang-barangku, akupun meninggal
    kan sel yang penuh dengan penyiksaan itu dengan doa "Tuhan, beri aku
    kemampuan dan hikmat menghadapi semua tantangan ini dan kiranya semua
    itu demi kemuliaan namaMu.
            Di luar, mobil Jeep Jimmy yang dikemudikan Letda Pol Syahrin
    Siregar sudah menunggu.  Dengan mobil itulah aku dibawa ke Kejaksaan
    negeri Medan.  Di sana aku dihadapkan di meja Manik.  Di sana kami
    melakukan pembicaraan santai dan canda.  Barulah aku merasakan sedang
    berada di bumi Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.  Aku
    bagaikan seorang Jahudi yang baru lepas dari bumi negara Nazi.
            Jam 18.30 aku tiba di LP Tanjung Gusta.  Aku diantar oleh Jaksa
    manik dan Panjaitan.  Aku merasakan ada persahabatan, dan aku memahami
    mereka berdua sedang menjalankan tugas.  Di LP Tanjung Gusta ketemu pula
    dengan Butar-Butar, temanku satu SMA dan sama-sama alumni dari F.H. USU.
    Cara mereka menerimaku , membuatku makin merasakan bahwa aku kembali
    ke pangkuan ibu pertiwi Republik Indonesia.  "Terpujilah nama Mu Tuhan",
    itulah yang kuucapkan dalam hati berulang-ulang.
            Karena sudah malam, dokter tidak ada, administrasi tutup, sesuai
    dengan aturan, aku ditempatkan di Karantina.  Di Karantina aku bertemu
    dengan Ahok dan ada dua orang lagi tahanan.  Setelah aku mandi, kami
    berempat makan bersama, dan kami minum air yang disediakan Komandan Jaga
    Silalahi.
            Sehabis makan malam, datanglah Tarigan petugas LP ngobrol-ngobrol.
    Dialah orang yang pertama mengajak aku ngobrol-ngobrol, dan kemudian
    menjadi sahabat baikku.  Ia bertugas di bidang pembinaan.  Kemudian
    setelah itu datang lagi G.P. Saragih, yang kemudian kuketahui ia adalah
    KPLP (Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan)>  Walaupun alamnya
    sudah kembali ke Republik Indonesia, tetapi karena suasananya baru,
    saya tidak dapat tidur.  Kulaluilah malam itu tanpa tidur.
     

          [Prev: Kesan-Pesan]     [Next: September 2]    [Main Page]
       
                         (sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
                         (Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)