KRONOLOGI PENGHANCURAN GEREJA DI SITUBONDO TANGGAL 10 OKTOBER 1996

Peristiwa penghancuran, perusakan dan pembakaran Gereja dan Bangunan lainnya 10 Oktober 1996 di Situbondo tak menyisakan satu pun tempat ibadah umat Kristen. Kondisi para umat Kristiani di Situbondo seusai tragedi yang tragis, sangat memilukan. Hilang semua kenangan manis di Rumah Tuhan yang membentuk diri dan tabiat selama hidup. Tiada lagi tempat beribadah setiap minggu dan jam-jam kebaktian, karena semua sudah rata dengan tanah. Kalau tidak jadi abu, sisanyapun sangat sulit dikenali wujudnya.

Kamis 10 Oktober 1996

Pk. 10.00
Sidang di Pengadilan Negeri Situbondo Jalan Panglima Besar Sudirman mengenai pelecehan agama Islam dengan terdakwa bernama Saleh (agama Islam). Jaksa menuntut Saleh hukuman 8 tahun penjara. Hakim memvonis 5 tahun. 3000 massa protes, histeris.

Pk. 10.30
Pengadilan Negeri Situbondo dibakar dengan bensin diperoleh dari pom bensin Jalan Panglima Besar Sudirman dekat pengadilan. Mobil dan sepeda motor yang dijumpai dibakar. Datang beberapa truk bermuatan 2000 (dua ribu) massa lebih dari arah barat.

Pk. 10.30-11.00
Massa membakar dan menghancurkan GBI (Gereja Bethel Indonesia) Bukit Sion yang berseberangan dengan Pom Bensin dan dilewati massa bila menuju Pengadilan. Tembok-tembok dijebol, semua perabotan dibakar hingga jadi abu, apalagi penyulutnya bensin yang berlimpah. Tak cukup membumi hanguskan, penghujatan terhadap Kekristenan juga ditulis besar-besar di dinding Gereja, "Yesus Tae, Yesus Juru Selamat Tae Jahanam, Bunda Maria PKI, Perampok Akidah, Bangsat Tai, Kami Umat Islam Marah besar kalau di tempat ini dibangun gereja lagi!!!!"

Pk. 11.00
Seluruh Gereja di dalam Kota Situbondo dibakar, dalam waktu relatif sama :

Pembakaran dilakukan massa yang sudah menyebar di gereja-gereja tadi. Pada waktu bersamaan massa dari Pengadilan Negeri/GBI bergelombang di jalan raya. Massa dipecah menjadi 2 kelompok besar, kelompok yang satu bergerak terus ke arah Jl. A Yani, yang satu ke arah Jl.WR Supratman- Jl.Anggrek. Tak cukup hanya pejalan kaki, gelombang massa naik truk dan sepeda motor juga tampak. GPIB (Gereja Protestan Indonesia Barat), Jl panglima Sudirman, hendak dibakar. Namun dilarang aparat Polres yang bersebelahan gedungnya dengan GPIB. Mereka pun hanya menghancurkan barang-barang, mengeluarkan perabot perabot gereja termasuk Alkitab dan membakarnya beramai-ramai di jalan raya, tak lupa meneriakkan yel-yel.

Para aparat banyak yang tahu hal itu tapi tak berbuat apa-apa, hanya menonton saja. Tindakan pengamanan seolah tindakan pendamping di kiri-kanan jalan massa yang bergelombang besar, supaya massa tidak mengamuk ke rumah penduduk di kiri-kanan jalan. tetapi persuakan gereja mereka biarkan, tak dicegah. 'Persenjataan' massa memang lengkap, pentung kayu, besi, dan berbagai peralatan untuk meluluh-lantakkan bangunan gereja yang ditemui, bahkan ada pula ditemui yang membawa clurit.

Mereka menghancurkan Gereja-gereja yang sudah dibakar GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan), Gereja Katolik hingga tak beratap, SDK Franciscus Xaverius, SMP Katolik. TK, SD, SMP Imanuel Kristen di Jl.Anggrek juga tak beratap lagi, hancur lebur semua di dalamnya.

GPDI (Gereja Pantekosta Di Indonesia) yang ditemui di Jalan Ahmad Yani juga tak luput dari rangsekan massa, semua kaca nako dipecah, parabola dibongkar, dapur, ruang makan dibelakang gereja hancur, bangku-bangku remuk lebur. GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh) juga di jalan Ahmad Yani pun tak berbeda, bahkan instalasi listrik juga dibongkar dengan penuh semangat. Atap rubuh dimakan api, tembok-tembok dilobangi, kayu dan bebatuan berserakan di tanah. Gereja Sidang Jemaat Pantekosta (GSJP) di Jalan Argopuro bernasib sama.

Di GPPS (Gereja Pantekosta Pusat Surabaya) Jalan Basuki Rahmad lebih tragis. Lautan massa yang mengepung setiap gereja yang ditemui, di sini pun mengepung GPPS. Pada saat itu di GPPS yang menjadi satu dengan Paroki (Rumah Kependetaan) ada tujuh orang : Pendeta Ishak Kristian (70 th), Ny. Ribka Lena Kristian (istri, 67 th), Elizabeth Kristian (Anak putri yang mau menikah bulan Desember, 24 th), Rita (pekerja Gereja, 20 th) dan Nova Samuel (Keponakan, 15 th), Didit (Yohanes) dan Andi(Andreas). Terjebak di kobaran api, mereka tak bisa keluar dari Gereja/Rumah Paroki karena massa mengepung dengan ganas berlinggis, kayu, martil. Didit dan Andi berhasil lolos sedang lima yang lain tewas terpanggang. Pendeta Ishak terpanggang di kamar tidur, Nova di kamar mandi dalam kamar tidur, tiga yang lain terpanggang di dapur. Didit dan Andi lolos dengan memanjat genteng, Andi jatuh dari loteng/tangga hingga kakinya luka dan Didit luka di tangan. Sungguh tragis dan sadis.

Sementara api terus melahap semua bangunan hingga menjadi puing-puing massa melakukan juga melakukan perusakan dan perampasan toko-toko masyarakat, hingga tak satupun toko buka di hari sangat kelabu itu. Bahkan BCA pun tak luput akan diserbu juga sebagaimana halnya toko-toko yang pemiliknya Kristen atau warga keturunan Cina. Di BCA, dicegah dengan kata-kata, "Kyai-Kyai banyak yang menyimpan uangnya maka mereka pun urung menghancurkan Bank ini." Menurut sumber lain mereka pun urung menyerbu suatu gedung bila di situ ada Kyai yang duduk-duduk di depan gedung termaksud. Ada komando dari tokoh mereka, termasuk saat akan menyerbu suatu toko namun dilarang sehingga mereka menghentikan niat itu.

Pk. 13.00-13.30
GKJW Jalan Anggrek yang berseberangan dekat dengan TK, SD, SMP Kristen Immanuel dibakar sampai ludes.

Pk. 14.00
Panti Asuhan Buah Hati milik GPPS Gang Kharisma dibakar hangus ludes. Panti Asuhan untuk anak yatim piatu dan tak mampu yang baru dibangun 3 bulan lalu hancur tak beratap, semua perabotan ludes terbakar, rata dengan tanah, tembok depan jebol.

Kejadian di Asembagus (30 Km Timur Situbondo)

Pk. 13.00
GBIS Nafiri Kasih Jalan Raya Asembagus 118 dibakar,
Kapel Katolik Santo Yosef Asembagus dibakar,
GPDI dirusak.

Pk. 15.00
Desa Ranurejo Kecamatan Banyuputih (8 Km + masuk 2 Km =10 Km dari Asembagus) GKJW Induk dibakar.
GKJW Pepanthan (Cabang) Sidodadi dibakar.
GKT Santo Yosep dibakar.

Pk. 15.00
Massa mengamuk di Santo Yosep Asembagus.

Pk. 15.30
Massa sudah sampai didepan gereja Ranurejo 2 truk,10 sepeda motor dan 1 pick up. Massa,rata-rata anak pakai celana abu-abu,kaos oblong dan orang-orang dewasa sebagai penggerak. Rombongan diawali dengan motor, di depan sendiri ada Kapolsek sebagai pembuka jalan dan di susul motor dan truk, ditambah lagi satu truk dari desa sekitar Ranurejo. Jadi jumlah total tiga truk, kira-kira 10 sepeda motor, 1 pick up, mereka tanpa teriak-teriak di jalan. Waktu sampai di depan gereja satu orang dewasa berteriak "Hidup Islam" dan melemparkan kerikil + pasir disusul orang-orang serta anak-anak turun dari truk dan melempar, sebagian masuk gedung gereja barang-barang yang berat dihancurkan didalam & sebagian dikeluarkan & ditumpuk tepat dimuka gereja. Dengan membawa palu, arit, pacul. linggis serta beberapa jerigen 10 liter yang berisi bensin. Tumpukan barang yang sangat tinggi dan mencapai atap di siram bensin dan dibakar. Api yang besar menjalar ke gereja dan membakar gereja. setelah "puas" mereka melanjutkan perjalanan ke GKT yang jaraknya 400 meter dari GKJW Ranurejo. Mereka mengancam sejumlah warga supaya tidak mencoba memadamkan api, kalau nekat akan dibunuh.

Warga akhirnya pulang ke rumah dan sebagian besar ibu-ibu kumpul di rumah beberapa warga dan menangis. Sebagian bapak-bapak yang tidak menyaksikan juga berkumpul & menangis di rumah (kaset kesaksian bagaiman perasaan warga bisa didengar).

Camat + Muspika , Korem, aparat desa, Kapolsek ada ditempat kejadian dan menyaksikan secara langsung tanpa berbuat apa-apa! Masyarakat/Perusak pun tahu kalau ada camat, kapolsek, Korem ada disana, mereka tahu kalau itu camat mereka tapi mereka tidak peduli. Bahkan dengan semangat sekali meneriakkan yel-yel "Hidup Islam" sambil menghancurkan gereja.

Pada perusakan geraja yang kedua di GKJW Ranurejo disertai dengan pembakaran rumah pendeta. Ibu pendeta dan anaknya (5 tahun) masih ada di dalam rumah ketakutan dan tidak bisa berjalan, langsung diseret oleh dua orang pemuda (Ating dan Eko) dan diungsikan ke rumah Bapak Supranowo. Setelah puas dengan pembakaran yang kedua di GKJW Ranurejo mereka melanjutkan perjalanan ke GKJW Ranurejo Pepanthan Sidodadi (Cabang).

Pukul 16.30 - 17.00
Mereka membakar dan menghancurkan GKJW Pepanthan Sidodadi yang usia bangunannya belum genap satu tahun (8-9 bulan) dengan iuran warga yang kondisinya sangat miskin (dilihat dari rumah-rumah warga sekitar yang rata-rata dari gedek tanpa jendela dan lantai tanah). Setelah dari situ mereka melanjutkan ke Wonorejo.

Pk. 17.30-18.00
Dari Ranurejo, massa balik ke Wonorejo (kurang lebih 26 km dari Ranurejo, daerah pantai pelosok). GPDI, GKJW, GBT , Kapel Katolik dibakar habis. Salah satunya merupakan bangunan yang belum genap satu bulan direnovasi. Massa perusak (remaja/anak-anak SMA) diangkut 3 truk, dan kurang lebih 30 sepeda motor (dewasa) sambil membawa berbagai macam senjata tajam. Warga yang ada di sekitar banyak yang lari dan sembunyi di hutan.

Kejadian di PANARUKAN (Situbondo ke barat 6 Km)

Pk. 16.00
Gereja Katolik (100 meter ke arah Besuki) dibakar
GPDI dibakar
2 toko (Ruko) dirusak (salah satunya Toko emas dibakar dan dirampok)
Balik lagi, di samping Gereja Katolik ada rumah warga, patung Yesus dibakar.

Kejadian di BESUKI (20 Km dari Situbondo)

GPDI dirusak
GBIS dirusak
Klenteng di dekatnya juga dirusak
GKJW dibakar



Jumlah Gereja, Sekolah Kristen/Katolik, Panti Asuhan
21 dibakar
9 dirusak dan dihancurkan.
Jumlah total yang dibakar, dirusak dan dihancurkan 30 bangunan



Back