Orang2 berseragam memperkosa gadis2 China
Organisasi2 Wanita mendokumentasikan penganiayaan seksual
selama kerusuhan di Indonesia / ABRI menjanjikan penyelidikan .
Oleh Juergen Dauth (Singapura)
Para pengamat hak azasi manusia dan organisasi2 wanita di Indonesia
sudah mulai mendokumentasi kasus2 pemerkosaan selama kerusuhan
yang mengakibatkan kejatuhan Suharto. "Kerusuhan itu direncanakan,
dikendalikan, dan disengaja", demikian kata pekerja sosial Sita Kayam
dengan marah. Ia adalah seorang rekan kerja sebuah oraganisasi
wanita di Jakarta. Ratusan wanita telah diperkosa selama kerusuhan
sekejap yang melanda ibukota, juga di kota2 provinsi.
Menurut dokumentasi, korban2 yang mayoritas adalah etnis China
itu mengatakan bahwa pemerkosa2 itu kebanyakan mengenakan
seragam. "Para pemerkosa itu mengatakan, 'Sekarang giliran kamu,
karena kamu China dan bukan Muslim' ", demikian kata seorang
korban menurut psikolog Yayasan Kalyana Mitra.
Segala bentuk kekerasan seksual yang selama ini hanya kita bisa
bayangkan, kini benar2 terjadi, kata Sita Kayam. "Dan kami jadi
yakin kalau ini semua bukan kebetulan. Semua kegiatan mempermalukan
perempuan ini direncanakan dan diorganisasi dengan sekasama."
Ratusan korban telah mengadu ke organisasi2 wanita.
"Rumah saya terbakar, " cerita Helen Chang dengan ragu2. "Kami
menyelamatkan diri ke halaman. Saat itu datang beberapa laki2. Mereka
mengenakan kaos dan celana seragam. Mereka membanting saya ke tanah
lalu mereka satu per satu memperkosa saya." Kemudian, kata ibu berusia
44 tahun ini, tanpa daya ia harus melihat bagaimana ketiga anak
perempuannya diperkosa.
Para perkerja sosial di klinik2 psikologi dan organisasi2 wanita
bersama2 mendapatkan gambaran yang cukup serupa. Kebanyakan
korban, 98% adalah etnis China, diperkosa antara 13 - 15 Mei
juga 18 - 19 Mei. Para pelaku, menurut laporan, berpotongan
rambut ala militer dan mengenakan bagian2 dari pakaian seragam militer.
Mereka selalu muncul dalam bentuk kelompok2. Jumlah perkosaan di
kota2 di luar Jakarta baru pada saat itu meningkat.
Para psikolog di pusat2 pertolongan untuk korban perkosaan
berusaha susah payah agar para korban yang trauma mau
berbicara. "Kebanyakan wanita2 dan gadis2 mengalami perlakuan
yang terlalu kasar dan mereka takut para pelaku membalas dendam."
kata Rita Kolibonso dari organisasi wanita Mitra Perempuan.
Di antara korban terdapat yang berusia 13 tahun dan 72 tahun.
Komandan Polisi Jakarta Pusat, Lettu Iman Haryatnam telah meminta
pada para korban kekerasan seksual ini untuk melapor. Panglima
ABRI, Jendral Wiranto menjanjikan suatu penyelidikan dengan cara
mengajukan rencana pembuatan pos2. Para pemerkosa tampaknya
tahu bahwa suatu penyelidikan tengah dimulai. Romo Sandyawan
dari badan sosial katholik di Jakarta mendapat kiriman pos sebuah
granat tangan dan tulisan agar ia menghentikan kegiatan dokumentasi.
Organisasi2 hak azasi manusia mendapat peringatan melalui telepon:
"Kami sudah mengirimi Sandyawan sebuah granat. Kamu mau lebih
banyak?"
Sandyawan sudah mempublikasikan data di antaranya, wanita2 yang
diperkosa lalu dilemparkan ke dalam bangunan yang tengah dilalap
api. Albert Hasibuan, anggota Komnas HAM bersumpah akan mengusut
pelanggaran berat HAM ini sampai tuntas. "Kami tidak bisa membiarkan
kejahatan ini tidak mendapat hukuman, bahwa kita manusia karena motif
politik jadi bertingkah laku lebih rendah dari binatang."
Copyright A9 Frankfurter Rundschau 1998
Dokumen disiapkan pada 11.06.1998 jam .45
Tanggal penyiaran 12.06.1998